Saturday, July 2, 2011

Kepeleset

Gue punya temen, namanya Mire. Hobinya meleset-melesetin kata. Kalo udah denger dia melesetin kata, rasanya jadi pengen ikutan. Ikutan melesetin dia dari gedung pencakar langit.

Suatu hari bersama Mire.
Gue bertanya "Eh kapan si tugasnya dikumpul?"
Entah gimana, jawabannya adalah "Kumpul kan lawannya tajam."
"Itu tumpul. Eh serius nih, kapan si tugasnya dikumpul?"
"Tumpul kan penyiar bukan empat mata"
"Itu tukul. Eh, eh seri..." Gue mulai tidak sabar
"Tukul kan kalo orang berantem."
"Itu PUKUL!! Ini juga PUKUL!!!"  DZIGGG! Lalu segeralah gue pukul agar dia berhenti.

Gue bukannya kejam atau anarkis, tapi kalo ga dihentikan, Mire bisa menghantui sampai puluhan tahun. Dan gue ga mau itu terjadi.
Sebenernya dibalik rasa pengen nyakar, gue kagum juga. Otaknya si Mire tuh cepet banget mikir pelesetan baru. Kalo aja Mire ada di jalan yang benar, mungkin dengan kecepatan otaknya dia bisa jadi pembalap. #loh.

Anak interior udah punya jurusnya sendiri buat menghalau Mire. Caranya : Katakan benar!

"Duh, ini pola lantainya kok susah yah, Mir"
"Lantai kan kalo lagi males malesan."
"BENAR! Lantai itu kalo males-malesan."
"Itu santai tau." Mire cemberut. Tapi belum menyerah. "Santai kan yang ada pasirnya."
"BENARR! Yang ada pasiirnyaaaa."
"Itu pantaii tau." Mire tambah cemberut. Tapi masih belum menyerah "Pantai itu kann.."
"BENNAAAARRRR!!" Semua orang berteriak bersemangat.
"Ah, kalian ga asik." Dia pergi. Kami bersorak-sorai, sambil nari tor-tor.


Si Jesen katanya pengen jadi pelawak, kaya Sule. Dari sekian banyak orang di dunia yang bisa jadi panutan, kenapa anak ini selalu jatuh di pilihan yang salah. Kemaren dia pilih vokalis d'massiv jadi panutan, padahal banyak penyanyi lain yang jauh lebih menginspirasi! Ada Anang Hermansyah atau Shireen Sungkar! KENAPA BUKAN MEREKA?
Ya sudahlah.

 Sekarang dia pilih Sule. Seakan ga ada yang lebih jelek lagi.

Sebagai calon pelawak, dia suka latihan ngelawak. Tebak gimana cara latihannya? YA, SAMA DENGAN MIRE! Apakah gue punya satu Mire lagi di rumah. Atau gue punya satu Jason lagi dikampus. Gue gatau mana yang lebih baik. Otak gue mulai beku dicekokin beginian setiap hari, gue males mikir. Gue jadi terbiasa menyebutkan apa pun yang pertama kali melintas di kepala gue.

"Duh, rambut cici rontok." Gue mengeluh.
Jason pun menanggapi "Oh, rambut itu kan kulitnya kelapa ya?"
"Itu serabut."
"Ohh, serabut itu yang buat lap meja ya?"
"Handuk."
"Itu mah yang buat mandi, yang buat lap meja looh!"
"Oh..Kain pel."
"Bukaaannnn!! Itu lohh, yang bisa buat lap tangan jugaa! Disebelah wastafel!"
"Celana dalem?"
"SERBETT!! MASA LU LAP TANGAN PAKE CELANA DALEMM!!"

Heh. Ga tau aja dia, serbet di dapur yang suka dia pake buat lap-lap abis cuci tangan itu kan celana dalem bekas bokap. Dipotong bentuk kotak sama nyokap.